Pengikut

Mengenai Saya

Foto saya
bekasi, jawa barat, Indonesia
gak tau
Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Tugas ISD II


Biografi Arifin Ilham

Ustadz Arifin Ilham menempuh pendidikan di Ponpes Darul Najah (1983-1987), Ponpes Asyafi'iyah (1987 - 1989) - Fisipol Unas. Selama menempuh pendidikan, selain aktif dalam perkuliahan, beliu juga aktif dalam organisasi Himpunan MAhasiswa Islam (HMI) dan juga memiliki banyak prestasi diantaranya Juara Lomba Pidato Bahasa Inggris ASEAN - Juara bulutangkis antar-Ponpes se Jabotabek.

Begitu lahir, ia sudah bergigi. Ketika kecil, badungnya bukan alang kepalang. Ia nyaris membakar rumah, hanya karena permintaannya tidak dituruti. Doa kedua orang tuanya di Tanah Suci mengubah perangai Arifin.

Di SD Muhammadiyah ini Arifin hanya sampai kelas 3, karena berkelahi melawan teman sekelasnya. Masalahnya, dia tidak rela ada salah seorang temannya yang berbadan kecil diganggu oleh teman sekelasnya yang berbadan cukup besar. Arifin kalah berkelahi karena lawannya jagoan karate. Wajahnya babak belur dan bibirnya sobek. Agar tidak berkelahi lagi, oleh ayahnya Arifin kemudian dipindahkan ke SD Rajawali.

CARA MENDIDIK USTADZ ARIFIN ILHAM

Rumah tempat tinggal orang tua Arifin terletak di Simpang Kertak Baru RT 7/RW 9, kota Banjarmasin, tepat di sebelah rumah neneknya, ibu dari ibunda Arifin. Sebagai pegawai Bank BNI 46, ayahnya sering kali bertugas ke luar kota Banjarmasin, kadang-kadang sampai dua-tiga bulan. Ayah Arifin mengakui bahwa ia tidak banyak berperan mendidik kelima anaknya, sehingga akhirnya yang banyak berperan mendidik Arifin adalah istri dan ibu mertuanya. Arifin mengungkapkan bahwa cara mendidik kedua orang tua itu keras sekali. “Baik Mama maupun Nenek kalau menghukum sukanya mencubit atau memukul. Dua-duanya turunan, kalau nyubit maupun memukul keras dan sakit sekali,” canda ustad muda itu.

Nenek Arifin sangat disiplin. Setiap pulang sekolah, Arifin kecil diharuskan untuk tidur siang. Kalau tak bisa tidur, ia terpaksa berpura-pura tidur, karena ditunggui dan dipelototi oleh sang nenek. Kalau mata melek sedikit, neneknya langsung berteriak-teriak, “Tidur... tidur…!” Meski tak ditunggu sekalipun, ia tak berani kabur karena kalau ketahuan pasti langsung dicubit atau dipukuli. Meskipun semua saudaranya perempuan, mereka pernah merasakan cubitan ibu maupun neneknya. “Nenek, kalau nyubit di paha, kenceng sekali, sampai-sampai paha kami biru-biru semua,” tambahnya sembari tertawa.

Pendidikan yang keras dan disiplin terhadap Arifin di rumah rupanya tidak selalu membuahkan hasil yang sesuai dengan harapan kedua orang tuanya. Di luar rumah, Arifin menikmati dunianya sendiri, sehingga membuat kedua orang tuanya jadi semakin cemas. “Karena Abah sering ke luar kota, maka Arifin pun jadi kurang terkontrol dan nakal,” kata Arifin beralasan.

Di masa kecil, Arifin lebih suka bermain dengan teman-teman yang usianya lebih tua, sehingga ia dijuluki ‘ketu’, maksudnya, kecil tapi tua. Akibatnya, meski secara fisik dan usianya masih bocah, penalarannya acapkali seperti orang dewasa. Ibunda Arifin sangat terkesan dengan sifat sosial dari anak lelaki satu-satunya itu. “Sejak kecil, Arifin sangat berjiwa sosial. Dulu, ketika anak-anak masih kecil, setiap kali saya membagikan makanan dan di antara saudaranya ada yang merasa kurang, maka bagian makanannya langsung diberikan kepada saudaranya itu,” kenang sang ibu.

HAMPIR MAU BAKAR RUMAH

Kenakalan Arifin rupanya masih saja berlanjut, meskipun sudah dipindahkan ke SD Rajawali. “Maklum, karena kami tinggal di kota, Arifin mulai agak terpengaruh pada hal-hal yang sedikit negatif,” tutur Ilham Marzuki. ”Dia mulai bisa bermain judi dengan uang kecil-kecilan dan merokok dengan sembunyi-sembunyi.”

Menurut Arifin, ia tidak pernah berjudi dengan taruhan uang. “Arifin memang suka bermain judi dadu, tapi taruhannya bukan uang,” sergahnya. “Kalau Arifin berjudi, taruhannya kelereng. Kita pasang tiga kelereng, kalau menang dapat 10 kelereng. Tapi, Arifin banyak kalahnya sehingga lama- kelamaan duit Arifin pun habis untuk membeli kelereng. Karena masih ingin main judi, Arifin pun mencuri. Saat Abah memanggil-manggil dan mengajak salat berjemaah, Arifin pura-pura mandi. Begitu Abah sudah mulai salat, Arifin pun segera masuk ke kamar Abah dan mengambil uang Abah yang ada di kamar. Arifin tak berani mengambil banyak-banyak, hanya sekitar seribu rupiah!”

Oleh kedua orang tuanya Arifin pun didatangkan guru mengaji ke rumah. Selain diharapkan pintar mengaji, kedua orang tuanya juga berharap agar anak lelaki satu-satunya itu tidak banyak bermain di luar rumah. Tapi, apa yang terjadi? Arifin justru membuat ulah yang aneh-aneh. Setiap kali guru mengaji itu datang ke rumah, ia selalu saja dijaili Arifin. “Kadang-kadang Arifin gembosin ban sepedanya, kadang-kadang ngumpetin sandalnya,” ujar Arifin berterus terang.

Saat kelas 6 SD Arifin pernah mengancam akan membakar rumah orang tuanya. Pasalnya, sang ayah tidak mau mengabulkan permintaannya. Rupanya, ia minta dibelikan motor trail, tapi malah dibelikan motor Vespa. Ayahnya khawatir, kalau dibelikan motor trail, Arifin akan main kebut-kebutan yang tentu sangat membahayakan keselamatannya. “Biarpun harganya lebih mahal, motor itu tidak trendi,” ujarnya jengkel.

Meski sudah menyiapkan minyak tanah dan korek api, orang tuanya tidak memperhatikan ancamannya itu. Arifin jadi kesal. Ia kemudian membuat ulah agar ayahnya naik pitam. Suatu sore, ketika banyak orang sedang bermain badminton di sebelah rumahnya, Arifin ikut bergabung bersama mereka. Ia tahu ayahnya sedang duduk-duduk di teras rumahnya dan dengan mudah bisa melihat apa yang diperbuatnya. Ia juga tahu ayahnya sangat tidak suka melihat orang merokok, terlebih itu dilakukan oleh anak kecil, seperti dirinya. Arifin pun sesungguhnya tidak suka merokok. Tapi, untuk memancing kemarahan ayahnya, ia sengaja merokok di depan ayahnya dan orang banyak. Begitu sampai pada tiga empat isapan, sang ayah mendekatinya dan langsung menampar sambil memarahinya. “Kamu ini nyontoh siapa, sih. Kamu, kok, jadi badung seperti ini? Kamu mau jadi apa kalau sudah besar nanti?”

Tamparan itu tidak hanya mempermalukannya, tapi juga membuatnya sakit lahir batin. Maklum, sewaktu muda ayahnya juga pernah berlatih karate, sehingga pukulannya cukup mantap. Saat itu juga ia kabur dari rumah. Ia sangat marah dan sakit hati sehingga tidak ingin pulang lagi ke rumah orang tuanya. Tapi, begitu jauh dari rumah, ia bingung mau lari ke mana. Karena hari sudah larut, maka ia putuskan singgah di rumah Ahmad, sahabat mainnya. Ia berpesan kepada keluarga Ahmad agar tidak memberitahukan keberadaannya kepada kedua orang tuanya. Tapi, diam-diam orang tua Ahmad memberitahukannya kepada Hj. Nurhayati, ibu Arifin. Nurhayati kemudian memberikan sejumlah uang kepada orang tua Ahmad untuk keperluan Arifin, baik untuk makan atau keperluan lain.

Arifin sama sekali tidak tahu bahwa ibunya sudah mengetahui keberadaannya. Tapi, ia merasa ada sesuatu yang agak janggal. Ia tahu persis bahwa kehidupan keluarga Ahmad tergolong susah. “Tapi, kenapa setiap hari makanannya selalu lezat-lezat? Nasinya enak, lauknya pun lengkap, ada ikan, daging, dan sebagainya,” papar Arifin. “Rupanya, selama Arifin menginap di rumah ini, selalu disubsidi Mama. Mama datang setiap hari dengan sembunyi-sembunyi, tanpa Arifin ketahui atau pas Arifin tidak berada di rumah,” lanjutnya.

Memasuki hari kelima, Nurhayati datang ke rumah orang tua Ahmad dan sengaja menemui Arifin. Ia memberi tahu bahwa ayahnya sakit keras gara-gara memikirkan Arifin. Ia membujuk putranya agar segera pulang ke rumah. Arifin trenyuh juga mendengar cerita itu dan saat itu pun ia bersedia pulang bersama ibunya. Sampai di rumah, Arifin langsung memohon maaf kepada ayahnya yang langsung memeluknya. “Kami saling berpelukan dan bertangis-tangisan,” kenang Arifin sendu. “Ini benar-benar seperti cerita sinetron!” lanjutnya bercanda.

BERUBAH TOTAL

Di Tanah Suci, kedua orang tuanya berdoa khusyuk untuk Arifin. Hasilnya, tabiat Arifin berubah drastis!

Saat kedua orang tuanya menunaikan ibadah haji, Arifin malah asyik berjudi. Tapi, ucapan seorang temannya yang pemabuk dan penjudi, hidupnya berubah total. Ia tinggalkan dunia remajanya yang ‘hitam’ dan dengan caranya ia mencoba memperbaiki hidupnya.

Meskipun badung, Arifin berhasil lulus SD dengan baik. Nilai pendidikan agamanya biasa-biasa saja, namun nilai pengetahuan umumnya cukup bagus sehingga ia bisa masuk ke SMP Negeri I Banjarmasin, sekolah favorit di ibu kota Kalimantan Selatan itu. “Kalau Arifin serius dan bersemangat untuk belajar, Arifin pasti mampu,” ujar Arifin. “Ketika kelas 6 Arifin mulai memiliki semangat belajar, sehingga nilai Arifin pun cukup bagus.”

Tapi, bukan berarti Arifin tidak nakal lagi. Ia masih suka bermain dengan anak-anak yang lebih tua darinya, serta bermain judi. Tahun 1982 ayah-ibunya berangkat ke Tanah Suci Mekah untuk menunaikan ibadah haji. Di depan Kabah kedua orang tua Arifin bersimpuh di hadapan Ilahi, memohon agar Arifin diberikan petunjuk dan hidayah oleh-Nya.

Sementara itu, Arifin yang ditinggal di rumah bersama keempat saudaranya, tetap asyik bermain judi. Bekal yang ditinggalkan oleh ayahnya saat berangkat haji sudah ludes untuk membeli kelereng guna taruhan berjudi dadu. Suatu hari, ketika tengah asyik-asyiknya berjudi kelereng, Denny, salah seorang temannya bermain judi, tiba-tiba nyeletuk, “Fin, ayah lu naik haji, lu malah main judi!”

Arifin terenyak dan pikirannya mendadak menjadi tidak tenang. Saat itu juga ia langsung pamit pulang. Celetukan itu ternyata masuk ke nalar Arifin. Meski Denny seorang pemabuk dan penjudi, entah kenapa, ucapannya kali ini seakan langsung menohok kalbu Arifin. Sepanjang perjalanan, ia teringat pada kedua orang tuanya yang tengah menunaikan ibadah haji. Tiba-tiba ia dihantui perasaan bersalah yang luar biasa kepada kedua orang tuanya. Bayang-bayang kenakalannya selama ini mendadak muncul di hadapannya, membuat batinnya makin tersiksa. Semalaman ia tidak bisa tidur pulas. Setiap kali terbangun, bayangan kedua orang tuanya muncul, hingga membuatnya sangat khawatir. Tiba-tiba saja batinnya tercabik-cabik, hingga membuatnya menangis sendirian di kamar. “Hidayah tidak selalu datang dari seorang kiai atau ulama, tapi bisa juga dari mereka yang berlumur dosa,” tandasnya.

Arifin yakin, terbukanya mata hatinya tentu bukan semata-mata karena ucapan Denny yang menohok hatinya. Arifin mengatakan, “Selain Arifin mendapatkan hikmah dari ucapan Denny, doa Abah dan Mamah di Mekah ternyata dikabulkan oleh Allah. Selain untuk menunaikan ibadah haji, Arifin yakin Abah pasti memohon pada Allah agar anaknya yang nakal ini bisa mendapat petunjuk dan hidayah-Nya. Saat itu juga nur Ilahi itu tiba-tiba datang menyinari seluruh kalbu Arifin. Sejak itu, Arifin berjanji pada diri sendiri untuk tidak berjudi dan melakukan tindakan yang tercela. Kalau selama ini Arifin hanya salat magrib dan itu pun tidak rutin, sejak itu Arifin bertekad untuk salat lima waktu.”

Saat kedua orang tuanya pulang dari Tanah Suci, mereka sangat terkejut melihat perubahan sikap Arifin. “Kok, Arifin ini berubah sekali sifat dan kebiasaannya?” tanya ayahnya dalam hati. Belakangan, Arifin yang saat itu baru kelas 1 SMPN bahkan minta dimasukkan ke pesantren.

Menjelang saat penerimaan rapor semester akhir kelas 1 SMP, Arifin diajak oleh kedua orang tuanya berkunjung ke Pesantren Al-Fallah di kilometer 24, Banjarmasin. Tapi, Arifin menolak untuk dimasukkan ke pesantren itu. “Saya ingin masuk pesantren, tapi tidak mau pakai sarung. Saya ingin masuk pesantren yang bercelana panjang dan berdasi,” kenangnya sembari tertawa.

Sepengetahuan ayahnya, pesantren yang diharapkan Arifin itu tidak ada di Banjarmasin atau bahkan di Kalimantan. Pesantren Darussalam di Banjarmasin yang dipimpin oleh kakek Arifin pun, keadaannya sama. Pesantren yang dimaksud oleh Arifin itu adalah pesantren modern yang hanya ada di Pulau Jawa. Arifin ternyata tidak keberatan untuk nyantri di Pulau Jawa. Begitu menerima rapor kenaikan, ke kelas 2 SMP, Arifin bersama adiknya, Siti Hajar, diantar oleh sang ibu ke Jakarta tahun 1983. Kedua kakak-beradik itu kemudian dimasukkan ke Pesantren Darunnajah di Ulujami, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

Meski masuk pesantren atas kemauannya sendiri, pada awalnya Arifin merasa sangat tidak betah tinggal di pesantren yang jaraknya sangat jauh dari kedua orang tuanya itu. Padahal, di pesantren itu ia juga ditemani oleh adiknya. “Kalau di rumah kami ingin makan lauk yang enak, tinggal ngomong sama Mamah. Di pesantren, makanan serba terbatas dan rasanya masih kurang pas di lidah kami,” kata Arifin. “Setiap minggu kami hanya sekali bisa makan daging serta ikan, selebihnya setiap hari kami hanya makan tahu tempe.”

GILA PIDATO

Di samping masalah makan dan fasilitas tempat tinggal, ada masalah lain yang membuat Arifin tidak betah di pesantren. Selain kurang serius dalam belajar, ia merasa sangat berat mengikuti materi pelajaran agama di pesantren itu. Seharusnya, untuk masuk di tingkat tsanawiyah (tingkat SMP dengan pendidikan agama) harus berijazah ibtidaiyah (tingkat SD dengan tambahan pendidikan agama). Arifin sendiri berasal dari SD umum dan pengetahuan agamanya pun sangat tipis. Ia belum lancar membaca dan menulis Arab. Padahal, itu merupakan materi utama pelajaran di tingkat tsanawiyah.

“Karena sangat jauh tertinggal, maka semangat belajar Arifin pun jadi sangat kurang,” Arifin beralasan. “Selain itu, di pesantren tersebut nilainya jujur sekali. Kalau nilainya 2 atau 3, nilai di rapor pun akan seperti itu. Nilai rapor Arifin pun seperti lautan merah. Dari 40 mata pelajaran di rapor, lebih dari 30 mata pelajaran merah semua. Buruk sekali!”

Saat itu Arifin sangat terpukul dan sedih. Tapi, ia tak ingin menyerah. Bagaimanapun, masuk ke pesantren itu adalah kemauannya sendiri. Ia tidak ingin mengecewakan kedua orang tuanya. Memasuki semester dua, ia berusaha memacu diri. Kalau orang lain bisa, ia pun harus bisa, begitu tekadnya. Usahanya tidak sia-sia, ia berhasil naik ke kelas II. Di kelas ini ia memacu diri lebih keras lagi. Hasilnya, sangat fantastis. Ia berhasil naik kelas dengan nilai yang cukup bagus, sehingga nilainya di atas rata-rata. Belakangan, ia bahkan masuk ranking sepuluh besar di kelasnya.

Tahun berikutnya, Arifin tidak hanya bernilai bagus, namun juga menjadi bintang di bidang olahraga dan kesenian. Selain lari dan badminton, ia berhasil menjadi juara membaca puisi. Hanya, dalam bidang pidato, Arifin masih belum pede (percaya diri). Setiap kali ada acara latihan berpidato, keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya. Sebenarnya, ia ingin sekali bisa tampil berpidato. Tetapi, ia selalu diselimuti ketegangan dan ketakutan yang luar biasa setiap kali akan melangkahkan kakinya ke podium.

Tapi, bukan Muhammad Arifin kalau ia langsung menyerah. Pikirannya tiba-tiba menerawang jauh ke belakang, ketika ia masih tinggal bersama kedua orang tuanya di Banjarmasin. Setiap sore menjelang magrib, ia dan saudara-saudaranya selalu diajak kedua orang tua mereka ke Masjid Sabilal-Muqtadin, sekitar 200 meter dari rumahnya. Mereka berada di masjid hingga salat isya, sambil mendengarkan pengajian yang disampaikan oleh K.H. Rafi Hamdan, seorang ustad kenamaan di kota Banjarmasin. “Arifin sangat terkesan dengan cara-cara beliau memberikan pengajian. Sayang, kini beliau sudah tiada,” tutur Arifin.

Arifin sangat mengidolakan ustad itu. “Enak juga jadi seorang dai seperti beliau, bisa memberikan pencerahan pada banyak orang,” pikirnya. “Tapi, bagaimana mungkin berceramah panjang lebar seperti itu, kalau mau naik ke mimbar saja Arifin sudah gemetaran?”

Arifin terus merenung dan berpikir bagaimana caranya bisa berpidato dengan baik. Setiap kali acara latihan berpidato itu diselenggarakan di pesantren, ia selalu berusaha datang. Begitu juga ketika di pesantrennya diselenggarakan lomba pidato, ia selalu mengamati satu demi satu rekan-rekannya yang tampil. Ketika akhirnya salah seorang di antara mereka dinyatakan tampil sebagai juara, pengamatannya pun dialihkan kepada rekannya itu. Arifin mengamati kehidupan sehari-hari rekannya itu, sejak mulai bangun tidur, salat, makan, dan sebagainya. “Ternyata anaknya biasa-biasa saja. Kalau dia bisa, kenapa Arifin tidak?” kata Arifin mengungkapkan perasaannya saat itu.

Sejak itulah, Arifin seperti ‘kesetanan’ pidato. Di saat semua teman di kamarnya tertidur lelap, ia justru bangun. Ia lalu berdiri di atas tempat tidurnya, dan beraksi seperti layaknya orang-orang berpidato di atas mimbar, ”Para hadirin yang sedang nyenyak tidur, para bantal, para kasur, dan para sarung yang kumal-kumal yang kami hormati. Pertama-tama marilah kita panjatkan kepada Allah SWT yang….”

MR ENGLISHMAN

Cara ‘gila’ belajar dan berlatih pidato itu ternyata tidak percuma. Ia tidak lagi mandi keringat dingin dan gemetaran setiap kali harus naik mimbar di hadapan teman-teman santrinya untuk berlatih pidato. Ia pun mulai mampu mengatur kata demi kata yang harus ia sampaikan dalam setiap latihan pidatonya. Kepercayaan dirinya terus bertambah, sehingga ia pun mulai berani tampil berceramah di luar pesantren. Setiap kali ia pulang liburan ke rumah orang tuanya di Banjarmasin, ia mulai memberanikan diri berceramah di Dakwatul-Chair, surau yang lokasinya tidak jauh dari rumahnya.

Meski di pesantren sudah sering berpidato, Arifin mengaku sangat tegang saat pertama kali diminta oleh pengurus surau itu untuk berceramah. “Semalaman Arifin tidak bisa tidur dan keringat dingin keluar dari sekujur tubuh,” kenangnya. “Arifin kemudian bangkit dari tempat tidur dan berusaha membaca buku untuk mempersiapkan bahan ceramah. Siapa tahu, sambil membaca, mata jadi lelah dan bisa tidur. Ee… mata Arifin tetap saja melek dan buku yang Arifin baca pun tidak masuk ke otak. Berhadapan dengan massa ternyata lebih menakutkan!”

Tapi, hanya sekali itu saja Arifin nervous, sehingga ceramahnya pun dirasakan tidak keruan dan banyak kalimat yang salah-salah. Sampai di rumah, Arifin pun kemudian berpikir panjang. “Arifin ternyata dibutuhkan umat. Arifin ditunggu oleh umat. Jadi, Arifin harus lebih serius dan bersungguh-sungguh lagi!”

Hari-hari selanjutnya ketegangan itu makin berkurang dan ia pun tampil dengan penuh percaya diri. Rupanya, banyak jemaah yang menyukai gaya ceramahnya, sehingga belakangan ia diminta tampil di tempat-tempat lain. Akhirnya, setiap kali pulang ke Banjarmasin, Arifin jadi sangat sibuk. Di usianya yang masih sangat remaja, ia sudah menjadi penceramah agama dari masjid ke masjid. “Belakangan, Arifin bahkan diminta untuk berkhotbah Jumat di Masjid Al-Jihad, masjid orang-orang Muhammadiyah yang cukup dikenal di Banjarmasin,” kata sang ayah.

Menanggapi tentang kepiawaian Arifin berpidato, Royhan bercerita, “Sejak dulu, cara bicaranya sangat terlatih, sehingga setiap kali dia tampil selalu mendapat sambutan hangat dari teman-teman. Akhirnya ia pun berhasil menjadi juara di berbagai lomba pidato. Selain di Pesantren Darunnajah, ia berhasil menjadi juara pidato tingkat nasional dan tingkat Asean.”

Kesimpulan Arifin, “Sebesar kesadaranmu, sebesar itu pula keuntunganmu. Sebesar keinsafanmu, sebanyak itu pula keuntunganmu!” Royhan pun sangat kagum pada semangat dan kesungguhan Arifin. Memasuki tahun kedua, setiap santri di Darunnajah diharuskan berkomunikasi dengan bahasa Arab atau Inggris. Kalau ada santri yang berbicara sehari-hari tidak menggunakan kedua bahasa asing itu, maka mereka akan dihukum. Hukumannya bisa bermacam-macam, tergantung berapa kali santri itu ketahuan tidak berbahasa asing. Hukuman bisa berupa menghafal atau menulis kata atau kalimat bahasa Arab/Inggris, bisa disuruh membersihkan kamar mandi, dan sebagainya.

Setiap anak diwajibkan menjadi mata-mata bagi anak lain, sehingga siapa pun yang berbicara dengan tidak menggunakan bahasa Arab atau Inggris, pasti akan mendapatkan hukuman. Akhirnya, hampir semua santri pernah menjalani hukuman itu. Kalau teman-teman lain lebih suka berbicara dengan bahasa Arab, Arifin lebih suka berbahasa Inggris. Arifin sering kali mengatakan, “I don’t care. I don’t care with the other person!” ujar Arifin seperti ditirukan oleh Royhan. “Teman-teman menyebut Ustad Arifin sebagai Mr Englishman!” Royhan bercerita sembari tertawa. Di kalangan teman-temannya, Arifin dikenal lebih piawai berbahasa Inggris daripada berbahasa Arab.

JAGOAN BERKELAHI

Perjalanan menuju sukses ternyata memang tidak mudah. Di mana pun, ada saja orang yang iri dan dengki melihat orang lain sukses. Demikian juga yang dirasakan Arifin. Selain merasa sulit bergaul, ia sering kali merasa diperlakukan tidak adil oleh pengasuh pesantren maupun para guru. Maklum, yang masuk di pesantren itu memang santri-santri dari berbagai suku di tanah air, sehingga budaya dan tingkah laku mereka pun bermacam-macam. “Sejak kecil Arifin paling tidak bisa melihat ketidakadilan. Karena itu, Arifin pun terpaksa berkelahi karena melihat ketidakadilan itu,” kata Arifin.

Suatu hari, Arifin melihat ada seorang santri yunior bernama Muhammad Ali disakiti oleh santri senior. Arifin pun marah dan tidak mau menerima keadaan itu sambil menantang sang senior itu berkelahi. “Eh, lu jangan cuma berani lawan anak kecil. Lawan gua kalau i memang jagoan!”

Dalam kesempatan lain, Arifin naik pitam lagi ketika ia berhasil memergoki santri yang mencuri lauk-pauk kiriman ibunya dari Banjarmasin. Hampir setiap bulan ia memang mendapat kiriman kecap, abon, dan ikan khas Banjarmasin. Sebagian ia bagikan kepada teman-temannya, dan sebagian lagi ia simpan agar bisa untuk makan sebulan. Tapi, belum lagi genap tiga hari, semua lauk itu sudah raib. Bulan berikutnya, Arifin sengaja memasang jebakan, sampai akhirnya berhasil menangkap ‘pencuri’nya. Arifin pun langsung menghajar anak itu. Sambil melempar abon dan kecap ke wajah temannya itu, Arifin membentaknya, “Makan, tuh, abon sama kecap ini!”

Selain dikenal sebagai juara lomba pidato, di Pesantren Darunnajah Arifin akhirnya juga dikenal sebagai santri yang suka berkelahi. Padahal, setiap kali usai berkelahi, Arifin selalu mendapat hukuman, yaitu digunduli kepalanya. Suatu hari, ketika Arifin dan santri-santri lain tengah antre makan, mendadak salah seorang santri langsung nyerobot antrean. Melihat ketidakadilan seperti itu, Arifin tentu saja sangat marah. Saat itu hanya Arifin yang berani menegur santri nakal itu, karena dia punya banyak teman. “Meskipun di pesantren, rupanya mereka main geng-gengan juga,” kenang Arifin. “Tapi, Arifin tidak takut, walaupun akhirnya Arifin dikeroyok oleh mereka. Perkelahian tentu saja sangat tidak seimbang, sehingga bibir Arifin pun robek dan berdarah-darah!”

Sebagai hukuman, Arifin pun harus digunduli. Tapi, ia berontak karena merasa diperlakukan tidak adil. Santri yang mengeroyok dan memukulinya ternyata malah tidak dihukum sama sekali. “Apanya lagi yang mau dibotaki, Kiai, sementara kepala saya sudah botak?” gumam Arifin.


Referensi :
http://biografiustadzmuda.blogspot.com/2009/11/profil-ustadz-arifin-ilham.html
http://mygodisone.blogspot.com/2009/07/biografi-ustad-arifin-ilham.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Arifin_Ilham

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tugas III PTSI C


MULTIMEDIA

PENGERTIAN MULTIMEDIA
Multimedia adalah penggunaan komputer untuk menyajikan dan menggabungkan teks, suara, gambar, animasi dan video dengan alat bantu dan koneksi sehingga pengguna dapat berinteraksi, berkarya dan berkomunikasi. Multimedia sering digunakan dalam dunia hiburan.

Multimedia dimanfaatkan juga dalam dunia pendidikan dan bisnis. Di dunia pendidikan, multimedia digunakan sebagai media pengajaran, baik dalam kelas maupun secara sendiri-sendiri. Di dunia bisnis, multimedia digunakan sebagai media profil perusahaan, profil produk, bahkan sebagai media kios informasi dan pelatihan dalam sistem e-learning.

IMPLEMENTASI MULTIMEDIA SERVER UNTUK APLIKASI E-EDUCATION DI ITTELKOM

Sumber :
Yudha Purwanto
Instansi ITTelkom

            Abstrak Jaringan data LAN yang dimiliki ITTelkom saat ini masih jarang digunakan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar di kampus. Jaringan data di ITTelko dibagi dalam dua domain ialah jaringan packet switch dan circuit switch. Jaringan packet switch diimplementasikan dalam bentuk wired LAN dan Wireless LAN. Sedangkan jaringan circuit switch diimplementasikan dalam jaringan telefon local PABX. Utilitas penggunaan jaringan LAN internet di lingkungan LAN ITTelkom dengan trafik ke arah upstream internet. Padahal jaringan data di IT Telkom sangat mampu digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar di kampus. Aplikasi e-education dengan tambahan service multimedia yang melewati jaringan data sebagai tool dari knowledge management system sangat menarik untuk direalisasikan. Multimedia yang integrasikan dalam sebuah website sebagai interface, memiliki unsur tampilan yang interaktif dan mudah di mengerti user untuk memanfaatkan aplikasi multimedia tersebut. Akan dilakukan desain dan implementasi untuk membuat sebuah tool KMS e-education dengan service multimedia, untuk melakukan aktivitas , download data akademik, video streaming, percakapan VoIP maupun video call di jaringan data ITTelkom.

IMPLEMENTASI MULTIMEDIA DALAM TOKO BUKU
Sering kita lihat di toko buku ternama, terdapat sebuah computer yang difungsikan untuk mencari letak buku yang akan dicari. Dalam system tersebut, di gunakan multimedia sebagai bahan dasarnya. Sebagai contoh, user ingin mencari buku dengan kata kunci “multimedia” ternyata muncul 10 buku dengan judul yang cocok, ketika di pilih salah satu muncul informasi yang berbunyi “buku masih ada di lantai 5”. Coba dibandingkan jika informasi yang disajikan tidak detail, tentu saja user akan kebingungan mencari buku tersebut. Dan apabila user masih sulit untuk menemukan buku tersebut, user dapat melihat denah dimana buku itu diletakan . Informasi yang disajikan pun sangat detail, user dapat tahu di rak mana buku itu diletakan.

Inilah gambaran informasi yang disajikan dalam bentuk multimedia. Dengan informasi yang di buat dengan memadukan tulisan, gambar dan suara dipastikan kualitas informasi akan meningkat. Peningkatan kualitas informasi ini dapat kita lihat terutama dari sisi akurasinya. Ketepatan waktu informasi sampai kepada pengguna informasi juga dapat ditingkatkan. Contoh informasi multimedia yang dapat menjamin bahwa informasi sampai dengan tepat kepada pengguna yang membutuhkan adalah informasi berupa text yang di sampaikan menggunakan media suara (berupa alert) dan text yang berupa notifikasi short message service (sms).


Kelompok :
Septi Arnita
Gyka Kastanya
Farah Novianda Putri
Syifah Paujiah
Devi Yulia Eka Putri
Rizki Wulan Ramadhan

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tugas II PTSI C


DATABASE
Basis data (Database) adalah sekumpulan data yang terintegrasi yang diorganisasi untuk memenuhi kebutuhan pemakai untuk keperluan organisasi. Kumpulan data tersebut disimpan di dalam komputer secara sistematik sehingga dapat diperiksa menggunakan suatu program komputer untuk memperoleh informasi dari basis data tersebut.

Perancangan Database adalah proses untuk menentukan isi dan pengaturan data yang dibutuhkan untuk mendukung berbagai rancangan sistem. Perancangan sistem terjadi pada dua tingkat , yaitu :
1. Pada tingkat pertama, perencanaan sistem, analisis dan rancangan umum dilaksanakan untuk menetapkan kebutuhan pemakai. Tingkat perancangan database ini melibatkan tahap front-end, bebas dari perancangan database tertentu atau Database Management System (DBMS).
 2. Pada tingkat kedua, rancangan umum, seperti diagram entitas relasi tingkat tinggi, ditransformasikan (atau didekomposisikan) ke dalam perancangan database rinci untuk sebuah DBMS tertentu yang akan digunakan untuk mengimplementasikan sistem total.

Keuntungan file manajemen data base :
1. Tidak terjadi kerangkapan data
2. Data lebih konsisten
3. Data dapat digunakan bersama-sama
4. Data dapat distandarisasi
5. Keamanan data dapat terjamin
6. Integritas data terpelihara
7. Data independent

Sistem Basis Data = DBMS + Basis data

 DATABASE MANAGEMENT SYSTEM  (DBMS)
merupakan suatu atau sekumpulan program yang memungkinkan users untuk membuat, memanipulasi dan mengelola basis data (database) untuk mencapai suatu tujuan. DBMS adalah suatu perangkat lunak yang menangani semua pengaksesan ke data base.
     
RELATIONAL DATABASE MANAGEMENT SYSTEM (RDBMS)
Salah satu sistem yang paling banyak dikenal dan telah menjadi standar di dalam perancangan database dewasa ini.
Ciri-ciri RDBMS :
a. Data direpresentasikan dalam bentuk tabel-tabel yang masing masing terdiri dari sejumlah baris dan kolom
b. Baris pada tabel menggambarkan record sementara kolom menggambarkan field atau attribute 
c. Masing-masing data dalam struktur tabel dua dimensi ini kemudian saling dihubungkan dengan menggunakan berbagai tipe relasi yang ada sehingga membentuk sebuah struktur data multidimensional.



DATABASE ADMINISTATOR (DBA)

Adalah orang yang mempunyai kekuasaan sebagai pusat pengontrol terhadap seluruh sistem ,baik data maupun program yang mengakses data. DBA bertanggungjawab terhadap pemberian kuasa pengaksesan database, mengoordinasikan dan memonitor penggunaannya, serta menyediakankan hardware dan software yang dibutuhkan. DBA juga bertanggung jawab terhadap strategi yang berhubungan dengan pengolahan data di suatu perusahaan atau organisasi dan terhadap implementasi strategi tersebut secara teknis.
Fungsi seorang database administrator adalah :
a. Mendefinisikan pola struktur database
b. Mendefiniskan struktur penyimpanan dan metode akses
c. Mampu memodifikasi pola dan organisasi fisik.
d. Memberikan kekuasaan pada user untuk mengakses data.
e. Menspesifikasikan keharusan/paksaan integritas data.

DATA DEFINITION LANGUAGE (DDL) 
yaitu tipe bahasa yang dipergunakan untuk menspesifikasikan skema basis data. Skema basis data dispesifikasikan oleh sekumpulan definisi dengan sebuah bahasa khusus yang disebut data-definition language (DDL). Hasil kompilasi DDL berupa tabel-tabel yang disimpan dalam sebuah file, disebut data dictionary (kamus data) atau data directory. Kamus data adalah sebuah file yang berisi metadata. File ini yang dikonsultasi sebelum data yang sebenarnya dibaca atau dimodifikasi oleh system basis data.

DATA MANIPULATION LANGUAGE (DML) 
yaitu tipe bahasa yang dipergunakan untuk memanipulasi data yaitu:
a. Pengambilan informasi yang disimpan dalam basis data
b. Pengambilan informasi baru ke basis data
c. Penyisipan informasi baru ke basis data
d. Penghapusan informasi dari basis data
e. Modifikasi informsi yang disimpan dalam basis data

DATABASE MANAGER 
menyediakan interface antara data low-level yang ada di basis data dengan program aplikasi dan query yang diberikan ke sistem. 

Kegunaan utama sistem basis data adalah agar pemakai mampu menyusun suatu pandangan abstraksi dari data. Bayangan mengenai data tidak lagi memperhatikan kondisi sesungguhnya bagaimana satu data masuk ke database disimpan dalam sektor mana, tetapi menyangkut secara menyeluruh bagaimana data tersebut dapat diabstraksikan mengenai kondisi yang dihadapi oleh pemakai sehari-hari. Sistem yang sesungguhnya, tentang teknis bagaimana data disimpan dan dipelihara seakan-akan disembunyikan kerumitannya dan kemudian diungkapkan dalam bahasa dan gambar yang mudah dimengerti oleh orang awam.  

 BIOMETRIKA

Biometrika berasal dari bahasa Yunani, yaitu “bios” yang berarti hidup dan “metron” berarti perhitungan. Biometrika merupakan teknologi untuk menunjukkan keaslian individu. Sistem biometrika merupakan tekhnologi pengenalan diri dengan menggunakan bagian tubuh atau perilaku manusia.

Sistem pengenalan diri adalah system untuk mengenali identitas seseorang secara otomatis dengan menggunakan teknologi computer. Sistem akan mencari dan mencocokan identitas seseorang dengan suatu basis data acuan yang yang telah disiapkan sebelumnya melalui proses pendaftaran. Sistem pengenalan diri bertujuan untuk meningkatkan keamanan sistem sehingga kemampuan sistem pengenalan diri dalam mengenali target secara tepat adalah sangat penting.

Biometrika berarti mengukur karakteristik pembeda ( distinguishing traits) pada badan atau perilaku seseorang yang digunakan untuk melakukan pengenalan secara otomatis terhadap identitas orang tersebut, dengan membandingkannya dengan karakteristik yang sebelumnya telah disimpan pada suatu database.

Sistem biometrika terdiri atas lima komponen yang terintegrasi, yaitu :
  1. Sensor, untuk menangkap data biometrik.
  2. Fitur Ekstraksi, memproses data biometrik yang diperoleh untuk mengekstraksi sekumpulan ciri-ciri yang menonjol dan berbeda.
  3. Kecocokan, ciri-ciri selama proses pengenalan dibandingkan dengan pola tersimpan untuk mendapatkan nilai kecocokan. Untuk kemudian menjadi dasar penentuan proses identifikasi atau verifikasi.
  4. Sistem Basis Data, untuk menyimpan sekumpulan karakteristik biometrik pada waktu pendaftaran sesuai sistem dan aplikasi yang digunakan. Sistem basis data ini dapat diletakkan secara terpusat atau langsung pada kartu pintar dari individu tersebut.

Berikut ini merupakan penjelasan singkat dari berbagai karakteristik biometrika yang biasa digunakan
1. DNA Deoxyribo Nucleic Acid. Saat ini DNA banyak digunakan untuk sistem pengenalan seseorang pada aplikasi forensik.
2. Telinga. Bentuk dari telinga dan struktur dari jaringan pinna kartilago dapat dijadikan biometrika yang dapat membedakan seseorang dari orang lainnya. Pendekatan yang dilakukan adalah berdasarkan pada pertemuan dari titik-titik pada bagian atas pinna yang menonjol pada telinga
3. Wajah (Face). Citra wajah mungkin merupakan karakteristik biometrika yang paling umum digunakan oleh manusia untuk sistem pengenalan. Pendekatan yang paling umum untuk pengenalan wajah didasarkan pada bentuk dan penempatan atribut wajah, seperti mata, alis mata, hidung, bibir, dan dagu serta hubungan antara atribut tersebut.
4. Jejak panas dari wajah, tangan, dan pembuluh darah. Pola dari panas yang dipancarkan oleh tubuh adalah suatu karakteristik unik dari suatu individu dan dapat ditangkap oleh suatu kamera inframerah dengan cara yang mudah seperti foto biasa. Suatu sistem penjejak panas tidak memerlukan kontak dengan pengguna, akan tetapi akuisisi citra pada lingkungan yang tidak terkendali merupakan suatu tantangan tersendiri, dimana terdapat panas memancar dari permukaan objek.
5. Sidik Jari (Fingerprint). Sidik jari berupa pola bukit dan lembah pada permukaan suatu ujung jari yang sering disebut minusi (minutiae), yang mana pembentukannya ditentukan sepanjang tujuh bulan yang pertama dari perkembangan janin. Sidik jari dari kembar identik adalah unik sehingga dengan demikian pola ujung jari setiap orang berbeda-beda. Gabungan beberapa sidik jari dapat menyediakan informasi tambahan yang memungkinkan untuk digunakan dalam pengenalan diri dalam skala besar.
6. Gaya berjalan (Gait). Gaya berjalan seseorang adalah cara aneh atau unik dalam berjalan seseorang. Gaya berjalan tidak memiliki kemampuan membedakan yang tinggi, akan tetapi cukup dapat membedakan untuk keperluan verifikasi dengan tingkat keamanan yang rendah. Gaya berjalan adalah suatu biometrika tingkah laku karena sebab-sebab tertentu bisa jadi tidak terus sama dalam suatu periode waktu, seperti karena fluktuasi berat badan, luka-luka yang menyangkut sambungan pada otak, dan lain sebagainya. Proses akuisisi data gaya berjalan seseorang membutuhkan serangkaian video panjang agar gaya berjalan dapat diukur, sehingga secara komputasi cukup maha
7. Geometri Tangan (Hand geometry). Sistem pengenalan dengan geometri tangan didasarkan pada sejumlah pengukuran dari tangan manusia, termasuk bentuk, ukuran telapak tangan, serta lebar dan panjang jari. Tekniknya sangat sederhana, relatif mudah untuk digunakan, dan murah. Faktor-faktor seperti cuaca kering dan kulit kering tidak akan mempengaruhi ketelitian sistem verifikasi berbasis geometri tangan.
9. Gaya Penekanan Tombol. Setiap orang mengetik pada keyboard dengan karakteristik tertentu dapat dianggap sebagai suatu biometrika. Dinamika tombol adalah suatu biometrika tingkah laku, yang untuk beberapa individu, bisa diamati adanya berbagai variasi di dalam pola pengetikan. Biometrika penekanan tombol murni dapat diselesaikan secara piranti lunak dan dapat digunakan sebagai perluasan dari PASSWORD atau PIN.
10. Bau (odor). Telah diketahui bahwa masing-masing obyek memancarkan suatu bau yang merupakan karakteristik tentang komposisi kimia dari objek tersebut, dan ini bisa digunakan untuk membedakan antara satu objek dengan objek lainnya. Suatu komponen yang menyangkut bau yang dipancarkan oleh badan manusia dapat membedakan individu tertentu.
11. Telapak tangan (Palmprint). Telapak tangan memiliki area yang jauh lebih besar daripada jari sehingga telapak tangan diharapkan memiliki kemampuan yang lebih membedakan dibanding sidik jari
12. Selaput Jala (Retina). Pembuluh darah selaput jala kaya akan struktur dan merupakan suatu karakteristik unik dari individu. Selaput jala diklaim menjadi biometrika yang paling menjamin karena tidak mudah untuk berubah. Untuk mendapatkan citra selaput jala, seseorang harus mengintip ke dalam suatu sensor dan memfokuskan pada suatu noda khusus di dalam bidang tertentu sehingga diperoleh bagian dari pembuluh selaput jala yang ditentukan.
13. Tanda tangan (signature). Tanda tangan telah diterima diberbagai negara di dunia dan telah digunakan dalam pemerintahan, sah menurut undang-undang, sebagai metoda verifikasi dalam transaksi. Sistem biometrika tanda tangan sangat tepat diterapkan pada beberapa aplikasi dimana pengguna merasa nyaman menggunakan pensil, seperti login ke sistem PDA, verifikasi transaksi kredit card, dan ketika melakukan otorisasi pada kontrak digital.
14. Suara (voice). Sistem pengenalan berbasis suara menganalisa bentuk gelombang dan pola-pola tekanan udara yang dihasilkan ketika seseorang berbicara kedalam mikropon. Biometrika suara sesungguhnya merupakan kombinasi dari karakteristik fisiologis dan tingkah laku. Mulut, rongga hidung, bibir, gigi, dan lain-lainya merupakan karakteristik fisiologis (fisik) yang berkaitan dengan bagian-bagian pembentukan suara, sedangkan bagaimana seseorang mengucapkan suaranya, tekanan udara yang bervariasi sepanjang waktu pembicaraan merupakan karakteristik tingkah laku.
15. Gigi (dental). Pengenalan menggunakan biometrika gigi sangat berperan ketika terjadi bencana hebat seperti bom dan kecelakaan pesawat, yang sering kali disertai kerusakan hebat dan kebakaran. Pada kondisi ini gigi dapat digunakan untuk mengenali korban
16. Bibir (lips). Pengenalan menggunakan biometrika gigi sangat berperan ketika terjadi bencana hebat seperti bom dan kecelakaan pesawat, yang sering kali disertai kerusakan hebat dan kebakaran. Wajah, sidik jari, telapak tangan, kartu identitas sulit untuk digunakan untuk mengenali korban karena kemungkinan besar mengalami kerusakan berat. Pada kondisi ini gigi dapat digunakan untuk mengenali korban.


      PENERAPAN BIOMETRIKA PADA BASIS DATA
Dijaman sekarang ini mesin absensi sidik jari sangat dibutuhkan oleh setiap perusahaan dikarenakan mesin absensi manual yang menggunakan kartu sudah dianggap tidak effisien. Karena ada saja karyawan yang titip absen dengan menggunakan mesin manual.

Kedisiplinan karyawan merupakan tolak ukur kesuksesan dari sebuah Perusahaan. Karyawan yang bekerja sesuai jam kerjanya adalah harapan setiap perusahaan. Oleh karena itu sudah saatnya perusahaan yang ada menggunakan mesin absensi sidik jari. Karena dengan adanya sistem ini akan sangat membantu dalam pengolahan database. Pada sistem ini dapat diketahui Jam Masuk, Pulang, Telat, Pulang Cepat, dan lembur karyawan yang diatur secara otomatis.

Sidik jari manusia yang sedemikian uniknya, sehingga tidak ada seorangpun yang memiliki sidik jari yang identik dengan orang lain, meskipun antara saudara kembar. Uniknya lagi kesepuluh jari setiap orang pun berbeda. Menyadari fakta ini, pengunaan sidik jari untuk absensi di perusahaan bisa menjadi solusi cara absensi yang lebih baik karena dengan sidik jari tidak ada lagi istilah ‘TITIP ABSEN’.

Dengan adanya absensi sidik jari, pengolahan database tentunya akan lebih mudah serta terperinci. Tidak akan ada lagi kecurangan yang terjadi karena sistem ini telah menggunakan sistem komputer.

Kelompok :
Septi Arnita
Gyka Kastanya
Farah Novianda Putri
Syifah Paujiah
Devi Yulia Eka Putri
Rizki Wulan Ramadhan

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS