Poligami merupakan pernikahan dengan lebih dari satu istri atau suami sesuai pada jenis kelamin orang yang bersangkutan. Berlawanan sekali dengan monogami dimana seseorang hanya menikahi satu suami atau satu istri saja.
Poligami terdapat tiga bentuk, yaitu :
- Poligini (seorang pria memiliki lebih dari satu istri).
- Poliandri (seorang wanita memiliki suami lebih dari satu).
- Group Mrriage / pernikahan kelompok (kombinasi poligini dengan poliogami yaitu dalam suatu rumah tangga si suami maupun si istri keduanya melakukan poligami.
Namun poliginilah yang merupakan bentuk poligami yang sering dijumpai.
Jika orang tua tidak menghiraukan pendapat anak dalam melakukan bentuk poligami maka hal ini akan berdampak negatif terhadap proses perkembangan anak. Dampak negatifnya, yaitu :
1. Dampak psikologis
Menurut seto mulyadi (seorang psikolog anak) yang akrab dengan sebutan kak seto ini saat dihubungi VIVAnews melalui telepon pada 27 oktober 2009, menyatakan bahwa pada dasarnya semua anak mengharapkan memiliki keluarga yang ideal yang terdiri dari satu ayah dan satu ibu. Anak selalu ingin disayangi dan mendapatkan perhatian secara penuh. Saat ayah melakukan poligami maka rasa cemburu, marah, sedih kecewa tentu tidak bisa dihindari. Perasaan marah kecewa dan cemburu tersebut bisa menumpuk dan akan mengganggu emosi anak.
2. Perubahan sikap anak
Selain berdampak pada psikologisnya anak, tumpukan emosi dapat membuat sang anak berubah drastis hingga mencapai seratus delapan puluh derajat dari yang awalnya ceria menjadi pemarah, yang awalnya sangat patuh menjadi pembangkang. Keceriaan anak berkurang dengan skala yang besar bahkan dapat menghilang. Hilangnya kepercayaan diri sang anak.
3. Prestasi akademik anak
Tumpukan emosi yang membuat anak yang awalnya aktif dikelas menjadi pasif, yang awalnya rajin menjadi pemalas, bahkan sang anak hingga berani membolos. Anak cenderung mencari kebahagiaan di luar karena mereka tidak mendapatkan kebahagiaan didalam rumah. Biasanya anak mengunjungi tempat-tempat penyedia game online hingga akhirnya anak membolos, karena menurutnya disitulah mereka mendapatkan kebahagiaan yang tidak pernah didapat dirumahnya. Akhirnya dalam prestasi akademik anak akan menurun karena hal-hal tersebut.
4. Kebencian terhadap ibu atau ayah.
Anak yang mempunyai ayah atau ibu yang melakukan poligami cenderung melakukan penolakan dan ketidakterimaan terhadap hal tersebut. Hal ini berdampak negatif terhadap hubungan sang anak dengan ayah atau ibunya menjadi lebih renggang. Maka cobalah ayah atau ibu sang anak meminta maaf dan menjelaskan secara perlahan terhadap anak. Hal ini dapat meminimalisir dampak negatif poligami terhadap anak, karena anak pasti akan berpikiran negatif terhadap pernikahanya kelak.
Namun tidak hanya dampak negatif yang timbul dari poligami terhadap anak, dapat dilihat dari segi postifnya poligami dapat mengajarkan beberapa hal. Sang anak akan menjadi lebih kuat dalam menghadapi sebuah masalah, dan jika diberikan pengertian ia akan lebih menerima hal-hal yang dianggap sulit untuk orang banyak.
Poligini dalam islam diperbolehkan namun terdapat aturan-aturan yang harus dipenuhi seorang pria jika ingin memiliki istri lebih dari satu. Dalam surat an-nisa ayat 3, seorang pria diperbolehkan untuk memiliki istri hingga empat (poligini) dengan syarat sang suami dapat berlaku adil terhadap anak dan istrinya. Maka jika tidak dapat berlaku adil maka hindari poligini dan lebih baik monogami. Karena jika tidak dapat berlaku adil maka akan berdampak negatif terhadap proses perkembangan anak seperti yang saya sudah jelaskan diatas.
Refrensi :
0 comments:
Posting Komentar