BAB VII
Renungan berasal dari kata renung, merenung artinya dengan diam-diam memikirkan sesuatu, atau memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah pembicaraan diri kita sendiri atau pembicaraan dalam hati kita tentang suatu hal. Hasil dari merenung juga dapat disebut renungan. Setiap orang pernah merenung. Sudah tentu kadar renungannya satu sama lain berbeda, meskipun objek yang direnungkannya sama, lebih pula apabila objek renungannya berbeda. Jadi apa yang direnungkannya itu bergantung kepada objek dan subjek.
Setiap kegiatan untuk merenung atau mengevaluasi segenap pengetahuan yang dimiliki dapat disebut berfilsafat. Jadi berfilsafat adalah terjadinya proses pembicaraan, evaluasi dengan hati kita sendiri mengenai suatu peristiwa. Contoh hasil renungan yang menghasilkan pengetahuan yaitu Newton dengan gaya gravitasinya3.
Pemikiran kefilsafatan mendasarkan diri kepada penalaran. Penalaran adalah proeses berpikir yang logik dan analitik. Berpikir merupakan kegiatan untuk menyusun pengetahuan yang benar. Berpikir logik menunjuk pola berpikir secara luas. Kegiatan berpikir dapat disebut logik ditinjau dari suatu logika tertentu. Maka ada kemungkinan suatu pemikiran yang logik akan menjadi tidak logik bila ditinjau dari sudut logika yang lain. Pemikiran kefilsafatan mempunyai 3 macam ciri, yaitu:
1.Menyeluruh, artinya pemikiran yang luas, bukan hanya ditinjau dari sudut pandang tertentu. Pemikiran kefilsafatan ingin mengetahui antara ilmu yang satu dengan ilmu-ilmu yang lain. Hubungan ilmu dengan mor al seni dan tujuan hidup.
2.M endasar, artinya pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang fundamental (keluar gejala), sehingga dapat dijadikan dasar berpjak bagi segenap bidang keil muan.
3.Spekulatif, artinya hasil pemikiran yang di dapat diijadikan dasar untuk pemikiran-pemikiran selanjutnya. Hasil pemikirannya selalu dimaksudkan sebagai dasar untuk menjelajah wilayah pengetahuan yang bar u.
Renungan atau pemikiran yang dibahas ialah yang berhubungan dengan keindahan. Setiap hasil seni lahir dari hasil renungan. Tanpa direnungkan hasil seni tidak akan mencapai keindahan. Renungan atau pemikiran yang berhubungan dengan keindahan atau penciptaan keindahan didasarkan atas tiga macam teori, ialahTeor i Pengungkapan, Teori Metafisika, dan Teori Psikologis. Masing-masing dari teori itu ada tokohnya.
Dalam Teori Pengungkapan dikatakan oleh Benedetto Cr oce, bahwa seni adalah pengungkapan kesan- kesan. Dalam Teori Metafisika,Plato mengendalilkan adanya dunia ide pada taraf yang tertinggi, sebagai realita Ilahi itu. Dari teori permainan yang masih tergolong teori Odi kologik dengan tokohnya Freidrick Schiller dan Herbert Spencer,Schiller menyatakan bahwa asal mula seni adalah dorongan batin untuk bermain- main (Play Impulse).
Pada proses jiwa seniman pada waktu merenung dalam rangka menciptakan seni, menurut Keats selalu diliputi rasa ragu-ragu, takut, ketidaktentuan, misterius (Negative Capability). Justru seniman yang tidak memiliki kemampuan negatif tidak mampu menciptakan keindahan. Kemampuan negatif ini identik dengan proses mencari. Mencari yang dimaksud ialah mencari keindahan, karena yang bersangkutan merasa belum puas atas keindahan yang telah diciptakan.
Selain dari pada itu Keats menyatakan, bahwa untuk mengatasi ketakutan ialah berkuasanya hal - hal yang sesaat. Baginya hal - hal yang sesaat itu merupakan pelatuk yang meledakkan imajinasi, dan imajinasi ini yang membentuk konsep keindahan. Selanjutnya konsep keindahan adalah abstrak. Konsep itu baru dapat berkomunikasi setelah diberi bentuk. Seperti halnya Gesang, setelah ia bermain di Bengawan Solo ia merenung. Ia menemukan konsep keindahan. Tetapi konsep keindahan belum berkomunikasi, barulah berkomunikas setelah diberi bentuk, yaitu lagu “ Bengawan Solo” yang ter kenal itu. Refrensi :
Drs. Suyadi M.P., Buku Materi Pokok IBD, Depdikbud 1984 hal.19
http://www.car iilmuonline.com, Pakde Sofa : Ilmu Budaya Dasar Bag. 1
0 comments:
Posting Komentar