Topik ini tidak akan menjadi topik bahasan yang usang. Kasih, selain memiliki ruang lingkup yang luas, juga memiliki definisi yang luas. Kasih bisa kita berikan dan ungkapkan kepada orang tua, anak, teman, sahabat, saudara, binatang peliharaan kita, dll.. Akan tetapi, kasih yang paling utama harus kita berikan kepada Allah. Dengan mengasihi Allah, maka kita pun akan dapat mengasihi sesama kita dengan tulus.
1. Cinta dalam ajaran Islam
1. Cinta dalam ajaran Islam
Cinta secara istilah ialah rasa kasih sayang yang muncul dari lubuk hati yang terdalam untuk rela berkorban, tanpa mengharap imbalan apapun, dan dari siapapun kecuali imbalan yang datang dan ridhai Allah.
Dalam Islam, kasih sayang adalah identitas dan asas iman, seperti hal itu merupakan bukti pengaruh agama terhadap hati nurani, seperti halnya ia juga merupakan kesaksian jiwa manusia yang menurut Islam belum akan diakui beragama bila ia tidak memiliki perasaan kasih sayang.
Katakanlah: "Jika bapa-bapa (pembesar dan nenek moyang), anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan-Nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan Keputusan (azab)-Nya, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS At-Taubah, 9:24)
2. Cinta Terhadap Sang Pencipta (hablum min Allah)
Sebagai makhluk Allah, manusia berusaha untuk selalu mengadakan hubungan baik dengan Allah, berupa hubungan ritual (ibadah) dengan-Nya. Dalam sistem ritus ini, seseorang pemeluk agama merasa yakin bahwa dengan selalu mengadakan hubungan baik dengan Tuhan hidupnya akan baik. Dengan kata lain bahagia tidaknya hidup seseorang adalah tergantung kepada hubungan baiknya terhadap Allah.
Cinta kepada Allah adalah cinta makhluk atau hamba kepada Khalik (pencipta)-nya, dengan jalan mengakui tanpa ragu akan kebesaran-Nya, dan mematuhi secara konsekwen segala titah-Nya. Apa yang diperintah-Nya dilaksanakan dan apa yang dilarang-Nya dihindari. Cinta terhadap Allah ini tidak bisa lepas dari yang disebut sebagai akhlak, keimanan, dan tauhid.
3. Cinta Terhadap Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup, yang berupa alam sekitar, baik berupa udara, air, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan lain-lain merupakan prasarana kehidupan yang harus tetap terpelihara keasriannya. Maka segala yang dapat merusak lingkungan harus dicegah, karena dapat berakibat kehidupan yang tidak bersih, tidak tertib, dan tidak aman. Itulah sebabnya Islam melarang bahkan mengutuk orang-orang yang melakukan kegiatan yang dapat merusak lingkungan.
Islam dalam ajarannya mengatakan bahwa manusia merupakan bagian yang tak terpisahkan dari alam semesta yang saling dukung-mendukung dengan seluruh bagian alam itu; dan karena individu-indvidu manusia merupakan bagian yang tak terpisahkan dan secara selaras bekerja sama dengan seluruh alam semesta ini, maka tidak boleh ada ketidakserasian antara mereka satu sama lain.
Dalam Islam, kasih sayang adalah identitas dan asas iman, seperti hal itu merupakan bukti pengaruh agama terhadap hati nurani, seperti halnya ia juga merupakan kesaksian jiwa manusia yang menurut Islam belum akan diakui beragama bila ia tidak memiliki perasaan kasih sayang.
Katakanlah: "Jika bapa-bapa (pembesar dan nenek moyang), anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan-Nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan Keputusan (azab)-Nya, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS At-Taubah, 9:24)
2. Cinta Terhadap Sang Pencipta (hablum min Allah)
Sebagai makhluk Allah, manusia berusaha untuk selalu mengadakan hubungan baik dengan Allah, berupa hubungan ritual (ibadah) dengan-Nya. Dalam sistem ritus ini, seseorang pemeluk agama merasa yakin bahwa dengan selalu mengadakan hubungan baik dengan Tuhan hidupnya akan baik. Dengan kata lain bahagia tidaknya hidup seseorang adalah tergantung kepada hubungan baiknya terhadap Allah.
Cinta kepada Allah adalah cinta makhluk atau hamba kepada Khalik (pencipta)-nya, dengan jalan mengakui tanpa ragu akan kebesaran-Nya, dan mematuhi secara konsekwen segala titah-Nya. Apa yang diperintah-Nya dilaksanakan dan apa yang dilarang-Nya dihindari. Cinta terhadap Allah ini tidak bisa lepas dari yang disebut sebagai akhlak, keimanan, dan tauhid.
3. Cinta Terhadap Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup, yang berupa alam sekitar, baik berupa udara, air, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan lain-lain merupakan prasarana kehidupan yang harus tetap terpelihara keasriannya. Maka segala yang dapat merusak lingkungan harus dicegah, karena dapat berakibat kehidupan yang tidak bersih, tidak tertib, dan tidak aman. Itulah sebabnya Islam melarang bahkan mengutuk orang-orang yang melakukan kegiatan yang dapat merusak lingkungan.
Islam dalam ajarannya mengatakan bahwa manusia merupakan bagian yang tak terpisahkan dari alam semesta yang saling dukung-mendukung dengan seluruh bagian alam itu; dan karena individu-indvidu manusia merupakan bagian yang tak terpisahkan dan secara selaras bekerja sama dengan seluruh alam semesta ini, maka tidak boleh ada ketidakserasian antara mereka satu sama lain.
4. Cinta Terhadap Sesama Manusia (hablum min annas)
Cinta terhadap sesama manusia tidak bisa lepas dari rasa cintanya terhadap penciptanya. Karena dalam ajaran Islam, cinta terhadap Tuhan juga berarti cinta terhadap sesama manusia sebagai ciptaan-Nya.
Rasa cinta terhadap sesama manusia tidak bisa lepas dari kemanusiaan. Pandangan Islam menyatakan bahwa manusia itu harus saling lengkap-melengkapi satu sama lain dalam mencapai tujuan, supaya dengan begitu ia cocok pula untuk saling lengkap-melengkapi dengan alam untuk membentuk wujud yang satu pula. Ini terwujud dalam salah satu ayat dalam Al-Quran yaitu:
“Wahai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS.Al-hujuraat 13)
5. Cinta Antara Laki-Laki dan Perempuan Dalam Sudut Pandang Islam
Cinta antara muda-mudi di dalam Islam adalah cinta yang dilandasi rasa ketaqwaan terhadap Allah SWT, dengan mentaati perintah-Nya dan menjahui larangan-Nya, dan disertai akhlak yang baik. Cinta harus disertai akhlak yang baik dikarenakan hubungan cinta muda-mudi sangat dekat dengan zina, tanpa akhlak yang baik akan sangat sulit menghindari zina. Dalam Islam, perzinahan adalah salah satu dosa yang sangat besar karena bukan hanya merusak akhlak orang yang melakukannya saja tetapi juga orang lain. Allah mengatakan dalam Al Quran:
“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS Al-Isra, 17:32)
Rasa cinta terhadap sesama manusia tidak bisa lepas dari kemanusiaan. Pandangan Islam menyatakan bahwa manusia itu harus saling lengkap-melengkapi satu sama lain dalam mencapai tujuan, supaya dengan begitu ia cocok pula untuk saling lengkap-melengkapi dengan alam untuk membentuk wujud yang satu pula. Ini terwujud dalam salah satu ayat dalam Al-Quran yaitu:
“Wahai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS.Al-hujuraat 13)
5. Cinta Antara Laki-Laki dan Perempuan Dalam Sudut Pandang Islam
Cinta antara muda-mudi di dalam Islam adalah cinta yang dilandasi rasa ketaqwaan terhadap Allah SWT, dengan mentaati perintah-Nya dan menjahui larangan-Nya, dan disertai akhlak yang baik. Cinta harus disertai akhlak yang baik dikarenakan hubungan cinta muda-mudi sangat dekat dengan zina, tanpa akhlak yang baik akan sangat sulit menghindari zina. Dalam Islam, perzinahan adalah salah satu dosa yang sangat besar karena bukan hanya merusak akhlak orang yang melakukannya saja tetapi juga orang lain. Allah mengatakan dalam Al Quran:
“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS Al-Isra, 17:32)
Cinta itu melihat, ada sebab dan akibatnya. Oleh karena itu, jika ingin memiliki cinta yang murni, tulus dan abadi dari seseorang tentu kita memerlukan penyebab yang membuatnya demikian. Jika kita mencintai seseorang karena hal-hal yang duniawi, karena harta, tahta, ketampanan/kecantikan dan yang sejenisnya, cinta macam ini hanya bisa bertahan jika penyebabnya masih ada. Jika seseorang mencintai dikarenakan ketampanan/kecantikannya, maka, bagaimana jika orang tersebut tidak lagi tampan/cantik lagi?
Dalam suatu hadis dikatakan bahwa seorang laki-laki menikahi seorang perempuan karena empat hal, yaitu: (1) karena kecantikannya, (2) karena kekayaannya, (3) karena keturunannya, dan (4) karena ketaqwaannya. Maka ambillah yang keempat, yaitu karena ketaqwaannya, karena itu akan menjamin hidupnya.
Jika hadis di atas dikaitkan dengan cinta, maka, jika kamu ingin mencari cinta yang abadi, cintailah seseorang dikarenakan keimanannya.
Ada sebuah pepatah lama Inggris yang berkaitan dengan cinta, yaitu:
“You can buy sex, but you can not buy love”, “You can buy food, but you cannot buy appetite”, dan “You can buy a house, but you can not buy a home”.
Yang artinya: anda dapat membeli sex, tetapi anda tidak dapat membeli cinta. Anda dapat membeli makanan, tetapi anda tidak dapat membeli selera. Anda dapat membeli sebuah rumah, tetapi anda tidak dapat membeli ketentraman dalam keluarga. Ini dapat diartikan bahwa cinta tidak dapat dibeli karena cinta sebenarnya datang dari Tuhan.
Kamu dapat membeli makanan apa saja yang bisa kamu beli, akan tetapi, makanan yang paling enak sekalipun akan terasa tidak enak jika kamu tidak punya selera makan.
Banyak orang yang terjebak antara arti cinta dan nafsu. Mereka, terutama muda-mudi tidak bisa membedakan antara cinta dan nafsu. Mereka menganggap bahwa dengan melakukan hubungan seksual berarti mereka telah mencintai seseorang. Nafsu dalam hal ini nafsu syahwat adalah suatu kebutuhan biologis yang dipunyai setiap manusia. Semua jenis nafsu adalah sesuatu hal yang bersifat duniawi sedangkan cinta adalah sesuatu yang datang dari hati nurani yang paling dalam.
Dalam ajaran Islam cinta antara laki-laki dan perempuan adalah bersatunya dua jiwa yang disertai akhlak yang baik, ketaqwaan, dan keimanan terhadap Allah SWT dengan tujuan akhir untuk melakukan pernikahan yang diridhai Allah SWT.
6. Cinta Monyet
Istilah cinta monyet ini biasanya sering kita dengar saat kita remaja dan mulai menyukai seseorang. Cinta monyet ini sebenarnya bisa disebutkan cinta juga, karena mengandung unsur menyenangi dan ingin menjaga seseorang tersebut. Dikatakan tadi cinta ini terjadi pada masa remaja, berarti unsur kedewasaan belum berperan banyak disini, sehingga yang namanya cinta monyet itu biasanya tidak bisa bertahan lama.
7. Cinta Mati / Cinta Setengah-Mati / Cinta Buta
Cinta seperti ini biasanya dikuasai oleh nafsu keinginan. Pada kategori ini, memang terdapat unsur menyenangi dan ingin menjaga seseorang, akan tetapi kadarnya berlebihan. Orang tersebut kurang bijaksana memandang arti menyenangi dan menjaga ini, ingin selalu berada didekatnya, tidak senang kalau si dia berbicara dengan orang lain, dan lain-lain, yang nantinya menjadi ingin selalu menguasai dan melekat pada si dia. Si dia nantinya akan merasa terkekang dan tidak nyaman oleh karena kadar 'menyenangi' dan 'ingin menjaga' yang berlebihan. Hubungan cinta seperti ini mungkin bisa berjalan, akan tetapi biasanya tidak akan berlangsung dengan harmonis, karena ada pihak yang merasa tidak nyaman.
8. Cinta Sejati
Ada 2 hal yang harus dipenuhi agar memperoleh cinta sejati, yaitu cinta kasih dan kesabaran. Dengan mengembangkan cinta kasih dan kesabaran, maka berarti kita dapat lebih bijaksana dalam memandang arti cinta yang sebenarnya, bijaksana dalam menyenangi serta menjaga dan merawat seseorang yang kita senangi, dengan demikian si dia tidak akan merasa terkekang.
Cinta kasih disini ibarat cinta seorang ibu terhadap anaknya yang tunggal. Kita bisa melihat di sekitar kita bagaimana perhatian seorang ibu terhadap anaknya yang tunggal, ia begitu menjaga dan menyayangi anaknya. Ia selalu berusaha memberikan yang lebih baik demi kebaikan anaknya.
Sedangkan mengenai kesabaran, hal ini juga sangat penting. Kita perlu tahu bahwa antara dia dan kita pasti ada beberapa perbedaan dan persamaan. Yang cenderung menjadi permasalahan adalah perbedaan. Untuk menghadapi perbedaan yang ada, maka dibutuhkan kesabaran dalam segala hal.
0 comments:
Posting Komentar